Released | 31 August 2016 (Indonesia) |
Country | South Korea |
Language | Korean |
Genres | Action | Horror | Thriller |
Director | Sang-ho Yeon |
Writers | Sang-ho Yeon (screenplay) |
Starcast | Yoo Gong, Soo-an Kim, Yu-mi Jeong | See full cast & crew » |
Rating | 8.0/10 |
Review:
Trik ini sudah digunakan berulang kali
namun film yang mencoba memanfaatkan ruang sempit untuk menyajikan
sebuah pertempuran hidup atau mati selalu terasa menarik, karena hal
pertama yang terlintas di pikiran adalah itu akan menjadi sajian yang
intens dan mencengkeram. ‘Train to Busan (Busanhaeng)’ berhasil
menampilkan hal tersebut, bagaimana ketika kamu berada di dalam sebuah
kereta ekspres untuk membawa sosok yang kamu sayangi bergembira bersama
mendadak masuk terjebak di dalam sebuah “neraka” dengan para zombie yang
bergerak untuk memangsa? ‘Snowpiercer’ meets ‘The Walking Dead’ in
Korea, it’ll plays with your nerves.
Seok-woo (Gong Yoo) merupakan seorang manager pengelola dana yang sedang
mengalami sebuah masalah dadakan di perusahaan tempat ia baru
berinvestasi. Walaupun begitu Seok-woo tetap memutuskan untuk berangkat
ke Busan bersama anak perempuannya Soo-an (Kim Soo-an) menggunakan
express train. Sebagai kado ulangtahun Seok-woo mengajak Soo-an untuk
bertemu mantan istrinya yang kini tinggal di Busan, tapi sudah merasa
“aneh” sejak sebuah insiden yang mereka saksikan ketika menuju stasiun
Seok-woo mulai sadar bahwa ia bersama para penumpang lainnya kini berada
dalam bahaya yang mematikan: wabah zombie telah melanda Korea.
Jika harus menggambarkannya memakai kalimat sederhana ‘Train to Busan’
merupakan "pumping thriller with tricky melodrama." Mari bicara tentang
unsur thriller terlebih dahulu. Kualitasnya? Mayoritas keren dan
mengasyikkan. Di fitur live-action perdananya ini Yeon Sang-ho (The King
of Pigs, The Fake) menampilkan eksekusi yang sangat cekatan, proses
perkenalan pada karakter seperti situasi dan tekanan emosi yang sedang
dialami karakter begitupula dengan masalah utama terkait wabah zombie
terasa cepat dan tepat. Train to Busan memberikan “gigitan” yang kuat di
bagian ini dan dengan cepat kamu akan merasa seperti terperangkap
bersama karakter, apalagi itu didukung dengan setting mood dan atmosfir
yang oke. Konsep labirin yang digunakan juga terasa baik, tidak terkesan
dipaksakan eksistensinya karena Yeon Sang-ho juga menyisipkan class and
social rebellion di dalam cerita. Apa yang terjadi setelah itu? Sudah
pasti, zombie kemudian beraksi.
‘Train to Busan’ akan mengingatkan kamu pada Snowpiercer lengkap dengan
isu kelas yang dimiliki namun kali ini musuh utamanya diganti dengan
para zombie seperti The Walking Dead. Ini juga terasa seperti teman satu
kelas tapi berbeda guru dengan ‘World War Z’, namun karena cakupan film
tersebut sangat luas mari tidak melangkah ke sana. Yang menarik adalah
ketika berurusan dengan elemen thriller Yeon Sang-ho seperti tidak ingin
menciptakan kesan rumit pada 5W1H terkait kemunculan wabah zombie
tersebut, mengajak kita untuk fokus pada karakter yang berusaha
menyelamatkan diri. Aturan main seperti zombie menjadi buta dan tidak
menyerang di dalam kegelapan juga terasa cerdik, Yeon Sang-ho jadi
leluasa memainkan cerita, tensi, dan ketegangan untuk menciptakan sebuah
“bloody inferno” dengan menggunakan permainan petak umpet. Gerakan
kecil dapat mematikan, ‘Train to Busan’ berhasil mencengkeram penonton
untuk terlibat ketika karakter mempertaruhkan hidup mereka dengan
melakukan berbagai aksi nekat.
Tapi ‘Train to Busan’ punya tricky melodrama. Seperti kebanyakan film
“normal” dari Korea ‘Train to Busan’ juga membawa elemen drama yang
kuat, Yeon Sang-ho gabungkan bersama statement terhadap isu sosial di
Korea. Class warfare jadi jualan utama sejak berangkat dari sinopsis,
usaha bertahan hidup membuat manusia berubah menjadi zombie meskipun
belum diserang oleh zombie. Isu tentang wewenang juga berhasil mencuri
perhatian seperti contohnya dengan menggunakan perintah CEO, begitupula
isu gender ketika wanita seperti dilarang untuk ikut berpartisipasi
secara frontal. Kereta terus melaju menuju Busan, berbagai sequences
dari action hingga horror tampil, namun Yeon Sang-ho seperti menaruh
peduli lebih pada berbagai isu tadi untuk tidak hanya sekedar punya
"tempat" di dalam cerita. Eksistensi mereka tidak terasa kasar tapi
suara tentang social inequalities justru berbagi panggung utama dengan
elemen action dan thriller di sepertiga akhir durasi, sedikit mengganggu
momentum apa yang telah terbangun sebelumnya.
Setelah elemen horror dan fantasi mulai sedikit kendur elemen social
melodrama mengambil alih kendali lokomotif. Ketika masih mengurusi
elemen thriller dan action di awal Yeon Sang-ho sudah sedikit membagi
perhatian pada elemen drama, dan saat tiba giliran elemen drama tampil
di posisi terdepan ia memberi push yang tidak biasa. Sebuah pandangan
bagaimana sisi brutal dari kehidupan sosial di Korea, mungkin itu inti
sederhana dari upaya Yeon Sang-ho di elemen drama. Memang punya sense of
movement yang halus tapi percaya film yang mengusung banyak genre akan
maksimal jika pembagian porsi tiap genre juga tepat, tanpa perlu harus
sama rata. Ini bukan seperti melodrama menghancurkan semuanya, I love
Korean drama, tapi ketika thriller dan action masih jadi fokus utama
paling menarik sudah siap menaruh film ini sejajar dengan ‘The Wailing’,
ini intens dan sangat mengasyikkan tapi melodrama muncul dan menggerus
nilai akhir.
Sedikit memang, tidak layak untuk dikategorikan merusak apalagi penonton
tetap merasa terikat dengan karakter serta cerita. Salah satu hal
terbaik dari ‘Train to Busan’ adalah ia punya presentasi visual yang
oke. Gerakan kamera dibatasi tapi cerdik sehingga kekacauan di dalam
kereta terasa bloody namun rapi meskipun kualitas elemen gore tidak
terlalu memikat. Won't call it a horror tho. Score cukup ampuh
menghadirkan shock sementara editing cermat dalam menyusun alur sehingga
tensi cerita terasa oke. Karakter ‘Train to Busan’ sendiri cukup
understated, mampu menjalankan tugas mereka meskipun tidak outstanding.
Gong Yoo memainkan tokoh central di sini dan kinerjanya cukup baik.
Sementara karakter lain mampu menampilkan ekspresi takut dan cemas yang
oke terdapat dua pemeran yang mencuri perhatian. Pertama adalah Kim
Soo-an yang tampil baik ketika berurusan dengan hal sentimental, dan
satu lagi adalah Ma Dong-seok yang tampil seperti Hulk, kekar tapi
sensitif.
In the end ‘Train to Busan (Busanhaeng)’ berhasil menjadi sebuah
disaster film yang menyenangkan, dengan durasi 118 menit mampu menjadi
zombie apocalypse thriller yang konsisten membuat penontonnya merasa
waspada hingga akhir walaupun sedikit kehilangan momentum ketika mencoba
“berorasi” secara halus lewat elemen social melodrama. Menyajikan teror
yang mengasyikkan meskipun kesan horor terasa biasa, terus memompa
thrill dengan sedikit selipan drama, ‘Train to Busan’ merupakan sebuah
tipikal zombie movie yang sanggup mengubah arena yang mini menjadi
sebuah “neraka” dipenuhi ketegangan maksi. Kereta menuju Busan itu terus
melaju tanpa henti, sama seperti serangan para zombie. So beware, it’ll
keep playing with your nerves.
Sumber
Download Film Train to Busan (2015) HDRip Subtitle Indonesia MP4 High Quality:
File Format: mp4
Video Encode: AVC (H.264)
Audio Encode: AAC (Stereo)
Resolusi: 360p
Durasi: 1 Jam - 58 Menit - 00 Detik
Ukuran: 320 mb
SS:
Download Single Link:
UC: https://userscloud.com/irv0c7e0uv52
TF: http://www.tusfiles.net/mbmr7bvutg4i
UF: https://sht.io/kjbj
UI: https://sht.io/kjbk
SF: https://sht.io/kjbh
UP: http://uppit.com/aexc2maj71uc
Subtitle: hd-traintobusan-2016.zip | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By: FatHur
Download Film Train to Busan (2015) HDRip Subtitle Indonesia AVI Normal Quality:
File Format : avi
Video Encode: MPEG4 (Xvid)
Audio Encode: MP3 (Mono)
Resolusi: 500x288
Ukuran: 223 mb
SS:
Download Single Link:
UC: https://userscloud.com/bcqfj5nazlaz
TF: http://www.tusfiles.net/zwaitsa8yvup
UF: https://sht.io/kjbl
UI: uploading...
SF: https://sht.io/kjbn
UP: http://uppit.com/ko0xly354kn4
Subtitle: hd-traintobusan-2016.zip | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By: FatHur
credit : sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar