Released | |
Country | Thailand |
Language | Thai |
Genre | |
Director | Banjong Pisanthanakun |
Writers | Chantavit Dhanasevi, Nontra Kumwong, 1 more credit » |
Starcast | Mario Maurer, Davika Hoorne, Nattapong Chartpong | See full cast and crew » |
Rating | 7.5/10 Ratings: 7.5/10 from 2,157 users Reviews: 11 user | 15 critic |
Review:
Masih dengan kegemarannya, Banjong Pisanthanakun kembali dengan sebuah cerita yang punya premis sempit dan sederhana. Setelah bermain dengan foto, hantu kembar siam, di karya terbarunya Banjong seolah masih terus percaya bahwa horror klasik tetap dapat tampil menarik. Pee Mak Phra Khanong, seperti versi terbaru dari dua karya pendek Banjong di 4bia dan Phobia 2, bukan karena kembali hadirnya quartet gila Ter, Puak, Shin and Aey, namun karena nafas identik yang ia miliki, berjalan dengan satu pertanyaan kuat sejak awal hingga akhir.
Mak (Mario Maurer) harus rela meninggalkan istri tercintanya, Nak (Davika Hoorne), yang sedang mengandung anak pertama mereka, demi menunaikan tugasnya di medan perang, bersama empat sahabatnya yang gila, Ter (Nuttapong Chartpong), Shin (Wiwat Krongrasri), Aey (Kantapat Permpoonpatcharasuk), dan Puak (Pongsatorn Jongwilas). Mereka yang kala itu sedang dalam kondisi kritis dan berada di ambang kematian masing-masing membuat sebuah harapan, dan Mak berjanji akan pulang untuk menemui Nak apapun yang akan terjadi kelak pada dirinya ataupun Nak. Apakah itu cinta?
Ya, mungkin, karena setelah pulang dari medan perang Mak tidak perduli akan hal lain dan fokus terhadap istri tercintanya serta anak pertama mereka yang baru saja lahir. Tragisnya, isu yang beredar diantara para penduduk mengatakan bahwa sebenarnya Nak telah meninggal. Siapa yang celaka? Bukan Mak, melainkan Ter, Puak, Shin and Aey, yang diminta oleh Mak untuk tinggal sementara di Phra Khanong sebagai bentuk perayaan mereka, mendapati berbagai clue yang aneh seputar Nak, dan berupaya untuk meyakinkan Mak bahwa sosok Nak yang mereka lihat adalah hantu.
Banjong Pisanthanakun seperti memilih bermain aman dalam film arahannya kali ini, menawarkan cerita (yang ia tulis bersama Chantavit Dhanasevi) dengan pertanyaan klasik yang mungkin sudah sering anda saksikan sebelumnya, dan bagi beberapa orang justru akan cenderung membosankan. Lantas apa yang menjadi daya tarik utama film ini? Adalah Banjong Pisanthanakun itu sendiri, yang sejauh ini selalu berhasil mengolah film horror klasik menjadi tontonan yang menghibur.
Well, Mario Maurer mungkin tidak dapat dipungkiri menjadi daya tarik utama bagi mayoritas penonton film ini, namun justru quartet yang berisikan Ter, Puak, Shin and Aey yang menjadikan film ini menarik. Dan terbukti, Pisanthanakun tahu materi apa yang harus diberikan serta bagaimana membentuk karakter empat sekawan yang aneh dan efektif ini. Sejujurnya, tanpa empat karakter tersebut film ini akan berakhir biasa bahkan mungkin saja bisa mati, karena pertanyaan utama yang coba dilemparkan film ini justru dapat bertahan hidup berkat penampilan konyol dan kocak dari mereka.
Pee Mak adalah film horror, namun harus kembali anda ingat bahwa ia juga mengusung komedi didalamnya, sehingga anda harus siap dengan segala hal yang menjadi ciri dari sebuah film komedi, hal bodoh dan konyol yang mencoba membuat anda tertawa. Sangat berimbang, dimana komedi yang ia berikan mampu memberikan tawa skala besar.
Yang menjadikan Pee Mak menarik lainya adalah dimana ia mampu menghadirkan banyak komedi yang sanggup mengundang tawa, namun selalu berhasil membuat anda tetap waspada ketika ia kembali menghadirkan suasana horror kehadapan anda. Ya, memang tidak begitu seram, tapi at least berhasil memberikan warna yang menarik pada tensi cerita yang naik dan turun dalam interval yang tidak begitu besar. Selain itu memang tidak layak mengharapkan sebuah sajian horror yang benar-benar menyeramkan dari sebuah film yang ikut mengusung komedi sebagai materi pendampingnya.
Overall, Pee Mak Phra Khanong adalah film yang cukup memuaskan. Menyenangkan kembali menyaksikan karya Banjong Pisanthanakun setelah Phobia 2, dan ia kembali membuktikan bahwa premis klasik itu masih bisa tampil menarik. Ia punya komedi dan horror yang di beberapa bagian bekerja maksimal, mampu mengolah hal bodoh menjadi lucu, dan dengan hal simple sanggup membuat anda sedikit bergidik, dikemas dengan rapi dan jauh dari kesan murahan.
Sumber
File Format: mp4
Video Encode: AVC (H.264)
Audio Encode: AAC (Stereo)
Resolusi: 360p
Durasi: 1 Jam - 51 Menit - 52 Detik
Size: 284 mb
SS:
Download Single Link:
UC: https://userscloud.com/4csg1gci44c3
TF: http://www.tusfiles.net/zjrc2zghecgr
UF: http://upfile.mobi/715975
Subtitle: br-peemak-2013.zip | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By:EldwinMuhammad
Ray Subtitle Indonesia AVI Normal Quality:
File Format : avi
Video Encode: MPEG4 (Xvid)
Audio Encode: MP3 (Mono)
Resolusi: 500x260
1 Jam - 51 Menit - 51 Detik
Ukuran: 211 mb
SS:
Download Single Link:
UC: https://userscloud.com/c5ytr219ehdm
TF: http://www.tusfiles.net/5r2kinw1h6b4
UF: http://upfile.mobi/716039
Subtitle: br-peemak-2013.zip | More
Bahasa: Indonesia [Manual]
Format : SUB & SRT
Subtitle By:EldwinMuhammad
Credit : sumber
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar